Digital Transformation Financial Services Indonesia
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) berkolaborasi dengan Terralogiq mengadakan webinar #TerraTalks bertajuk Digital Transformation in the Indonesian Financial Services. Webinar #TerraTalks dengan tajuk Financial Service merupakan event webinar kedua di tahun 2021. Mengangkat tema financial services industry (FSI) yang bertujuan untuk membangun kolaborasi bersama para praktisi FSI. Dalam sesi webinar juga membahas bagaimana kondisi dan tantangan sektor jasa keuangan Indonesia atau industri financial services saat ini.
Narasumber pada webinar kali ini adalah Nicola Dalmazzo selaku Head of Channel Sales Google Maps for ASEAN. Kemudian Sunu Widyatmoko selaku Secretary General Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) dan Heri Atmoko selaku SVP IT and Development PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. serta Farry Argoebie selaku CTO PT Terralogiq Integrasi Solusi.
Dengan dihadiri para praktisi industri financial baik perbankan dan Financial technology (fintech), webinar kali membahas bagaimana tantangan dan tahapan yang perlu dilakukan dalam membangun digitalisasi. Update saat ini serta poin-poin apa saja yang perlu diperhatikan dalam menjawab tantangan financial services kedepan.
Potensi jasa keuangan Indonesia
Kita ketahui sektor jasa keuangan Indonesia atau financial services menjadi salah satu penentu utama dinamika perekonomian di setiap negara khususnya di Indonesia. Industri financial service sangat penting bagi perekonomian nasional. Peran sektor ini mulai meningkat terutama setelah deregulasi sektor keuangan pada tahun 1980-an yang menciptakan lingkungan yang lebih kompetitif dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya menyediakan dana untuk produksi dan konsumsi, sektor ini juga menjadi media bagi masyarakat untuk kesempatan menabung. Dengan peran penting tersebut, kinerja sektor jasa keuangan berkontribusi pada kegiatan perekonomian, menyusul sekarang ini semakin banyaknya juga inovasi produk jasa keuangan Indonesia yang dapat diakses secara luas.
Sumber dari Market Research Indonesia dalam artikelnya Financial Services 2020 mencantumkan negara Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Asia-Pasifik dalam hal digitalisasi layanan jasa keuangan. Nasabah bank yang menggunakan internet atau mobile banking mencapai 58% pada tahun 2017. Tren ini juga sejalan dengan peningkatan pengguna smartphone yang mencapai 124 juta atau 57% dari populasi. “Financial services sector perlu mengikuti kebutuhannya, mencoba menyelesaikan permasalahan yang muncul dengan teknologi.” ungkap Farry Argoebie selaku CTO PT Terralogiq Integrasi Solusi.
Industri financial services dan tantangannya kedepan
Kemudian pada tiap tahun pasar jasa keuangan Indonesia bertumbuh dan memiliki potensi yang sangat besar. Nicola Dalmazzo dalam pemaparannya menyebut ada tiga komponen untuk perubahan besar dalam industri financial atau jasa keuangan Indonesia. Yaitu pelanggan, teknologi, dan regulasi. Generasi Milenial menggunakan lebih banyak ponsel dan aplikasi digital sekarang ini, dan sebagian besar 33% dari Generasi Milenial tersebut bersedia untuk beralih melakukan pembayaran melalui bank atau aplikasi seluler dalam 90 hari kedepan. Jadi dapat dikatakan bahwa pengalaman pelanggan (customers experience) pada aplikasi atau digital platform sangatlah penting.
Sumber : Nicola Dalmazzo – Pada sesi webinar #Terratalks Terralogiq (30/03/2021)
Kedua adalah tentang teknologi yang memungkinkan bank dan institusi memiliki lebih banyak data. Lebih banyak data berarti memungkinkan perusahaan untuk memiliki permodelan yang lebih baik lagi. Hal ini berguna untuk menghitung dan mengkalkulasi sebuah resiko atau credit risk analysis. Industri financial services dapat menawarkan lebih banyak layanan kepada masyarakat dan populasi yang lebih besar lagi dengan pemanfaatan data. Terakhir adalah poin pada penerapan regulasi yang menjadi lebih terbuka. Bagaimana hal ini dapat mendorong kesempatan untuk berkolaborasi dan beradaptasi menggunakan berbagai produk dan teknologi.
Kolaborasi adalah kunci, peran utama Fintech, Perbankan juga dalam hal ini dengan penyedia teknologi seperti Google. Untuk dapat akses yang lebih baik ke pendanaan. Senada dengan hal tersebut Sunu Widyatmoko selaku Secretary General Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyatakan “Teknologi yang ada pada Google sangat membantu dan itu merupakan a big stepping stone dari dunia financial services untuk menuju era digital, mungkin kita sudah di era digital tapi untuk menuju ke era yang lebih besar lagi.”
Manfaat penerapan teknologi untuk industri financial services
- Memberikan efektivitas mempersingkat proses dan menghasilkan data CRM yang lebih tepat.
- Menggunakan teknologi untuk memahami e-KYC menjadi semakin lebih baik.
- Dengan banyak data, banyak juga kesempatan terbuka untuk melakukan analisa dengan lebih banyak lagi. Serta menerapkan credit risk analysis yang lebih baik.
- Terkoneksi ke perangkat digital dan terintegrasi dengan berbagai saluran fisik. Meningkatkan produk serta pelayanan digitalisasi dan augmentasi.
- Memberikan lebih banyak value. Dengan pelayanan yang lebih banyak tertanam ke berbagai ekosistem dan platform digital. Tumbuh bersama untuk industri jasa keuangan Indonesia.
Kecerdasan lokasi dan pemanfaatannya
Menggunakan kecerdasan lokasi atau location intelligences dapat menumbuhkan industri financial ke arah yang lebih baik lagi terutama dalam hal penerapan pelayanan.
Para pemimpin perusahaan sekarang ini sudah mengetahui jika penggunaan kecerdasan lokasi dalam bisnis akan sangat bermanfaat, dan dapat meningkatkan pengalaman pelanggan (customers experience) menjadi lebih baik lagi.
Teknologi berbasis kecerdasan lokasi seperti contohnya menggunakan data lokasi untuk kebutuhan e-KYC, dan kecerdasan lokasi juga dapat dimanfaatkan untuk analisis pasar dan analisis ekonomi, kemempuan seperti ini yang memungkinkan kita dapat menjangkau berbagai kasus penggunaan ke tingkat yang lebih tinggi. Sunu Widyatmoko menambahkan “Masih banyak ruang untuk berkembang dari tantangan. Fintech ingin mendorong dan meningkatkan akses P2PL untuk melayani lebih banyak lokasi yang kurang terlayani (underserve), underbank, dan daerah terpencil.”
Source: Sunu Widyatmoko – Pemaparan di sesi kedua – Webinar #Terratalks Terralogiq (30/03/2021)
Dalam situasi pandemi berbagai akses ketat diterapkan. Tantangannya adalah menghubungkan pemberi pinjaman dan peminjam, untuk dapat bertemu dengan interaksi fisik yang lebih sedikit. Pengayaan transaksi misalnya, pemanfaatan kecerdasan lokasi dapat menangkap database POI dan merchant serta transtraksi.
Dan menjawab banyak pertanyaan seperti: dimana pelanggan menghabiskan uang mereka? dimana lokasinya? dan pembagian kategori berdasarkan biaya. Data tersebut dapat digunakan untuk membantu memahami pelanggan dan kebiasaan belanja mereka. Kecerdasan lokasi juga bisa digunakan untuk memberi rekomendasi merchant terdekat sesuai dengan preferensi pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari penawaran tertentu. Hal yang menarik pelanggan bisa terbuka dengan berbagai jasa dan menemukan tempat baru dengan menggunakan kecerdasan lokasi.
Mari ambil contoh penerapan kecerdasan lokasi untuk verifikasi alamat. Sebuah lembaga dapat memenuhi janjinya, sambil tetap menangani keluhan dan mengurangi terjadinya penipuan, jasa keuangan seperti perbankan dapat memanfaatkan teknologi seperti ini. “A new way of Banking, kami memperbaiki senyaman mungkin seluruh channel-channel digital dari perbankan, membangun ekosistem banking as a service. Upaya kami shifting ke arah digital adalah dengan membangun kapabilitas dan peluang bersama.” ungkap Heri Atmoko selaku SVP IT Solution and Development PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Sumber : Heri Atmoko – Sesi 3 webinar #Terratalks Terralogiq (30/03/2021)
Nicola Dalmazzo kemudian dalam akhir pemaparannya menutup dengan sebuah kutipan “Indonesia is a remarkable country with a super large population, with massive opportunities, we kind to a lot of bringing access to the technology to solve the problem.”
Financial services dihadapkan pada sebuah transformasi digital yang saat ini diharapkan dan dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja jasa keuangan Indonesia. Adaptasi teknologi menjadi salah satu komponen yang dibutuhkan untuk terus berkembang di tahun-tahun mendatang. Kolaborasi di sisi lain sangatlah penting dan juga diperlukan agar jasa keuangan Indonesia menjadi lebih terbuka, dapat berinovasi serta maju dalam mengadopsi produk serta teknologi yang membantu masyarakat dan mengoptimalkan bisnis dengan lebih baik.
Sumber artikel: klik disini